Siang itu, aku berada dalam bis ekonomi
jurusan Bekasi-Bogor yang sesak oleh penumpang. Bau keringat menusuk hidung,
bercampur cuaca panas dan kepulan asap rokok disana-sini. Meski aku berdiri
dekat ventilasi udara, tetap saja tak bisa mengurangi rasa gerah. Panas sekali.
Namun di ujung sana, di atas kap mesin bis yang kutumpangi,
seorang ibu menarik perhatianku. Sepertinya ia tidak memedulikan panas ruangan
di sekitarnya. Dengan tenang digendongnya sang anak yang masih balita. Sambil
menyusui anaknya lewat botol susu, sesekali ia mengajak sang anak bergurau dan
bercanda. Walaupun mungkin anak seusianya belum mampu merespon senda-gurau itu.
Melihat pemandangan itu, sejenak
pikiran ini menerawang jauh, Subhanallah, begitu dahsyatnya kasih sayang orang
tua kepada anaknya. Terutama kasih sayang seorang ibu.
***
Setiap kita tak akan bisa menghitung, berapa banyak kesusahan yang telah
kita timpakan kepada orang tua dari mulai kita berada dalam kandungan sampai
saat ini. Sembilan bulan kita berada dalam rahim ibu, dibawa, dirawatnya janin
kita yang tak berdaya itu dimanapun ia berada. Tak ada kata istirahat buat Ibu.
Saat tidurnyapun kita ini masih begitu menyusahkan. Jangankan tengkurap, tidur
telentang saja dirasakan ibu begitu berat.Ketika detik-detik kelahiran kian
dekat, perjuangan Ibupun semakin berat, dihadapkan pada dua pilihan antara
hidup atau mati. Bersimbah peluh, berlumur darah untuk melahirkan anak
kesayangan yang telah lama dinanti-nantikan.
Setelah kita lahir, kesusahan yang kita
timpakan kepada duanya semakin bertambah pula. Kita minum air susunya kapanpun
kita mau. Ditengah kerewelan kita, segala macam kebutuhan dan keinginan kita
dengan sabar dilayaninya. Waktu istirahat Ibupun sering kita
"rampas." Siang hari kita enak tidur, namun malam hari, saat Ibu atau
Bapak membutuhkan istirahat, tangisan kita malah santer membuat mereka terjaga
dan sulit terlelap kembali.
Lalu apakah kesusahan yang kita
timpakan kepada ibu selesai sampai di situ? Tentu tidak. Justru semakin
bertambah usia kita semakin bertambah pula kesulitan yang ditanggungkan Ibu.
Saat sekolah, misalnya, tak jarang kita yang menjalani ujian, namun justru ibu
kita yang lebih banyak berdoa dan lebih khawatir. Takut tidak bisa-lah, takut
tidak lulus-lah, dan kecemasan lain, yang kita sendiri kurang peduli.
Setelah kita bekerja atau berkeluarga,
berkurangkah kasih sayang mereka? Tidak sama sekali. Biarpun diri kita telah
dianggap mandiri, tetap saja Ibu mengkhawatirkan keadaan kita. Seperti saat
kita sakit misalnya.
Setelah kita berkeluarga, kasih sayang
Ibu tetap tak berujung. Walaupun secara kasat tampaknya lebih banyak dicurahkan
kepada sang cucu, Toh, tetap saja itu termasuk salah satu wujud kasih sayangnya
kepada kita.
Maka, jika keduanya masih ada, bersikap
santunlah kepada ibu dan bapak. Berbuatlah yang terbaik bagi mereka. Simak
Firman Allah SWT dalam Al Qur'an surat Al 'Isra, ayat 23 : "Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. Dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan perkataan "ah", dan
janganlah kamu membentak mereka. Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia."
Andaikan orang tua kita telah dipanggil
Allah SWT, doakanlah mereka. Karena beliau begitu merindukan doa-doa kita.
Semoga saja kita tergolong sebagi anak-anak yang shaleh.Aamiin.