Dan
tidaklah kami mengutus engkau Muhammad,kecuali
menjadi rahmat bagi seluruh alam." (Q.S. Al-Anbiya: 107)
Tulisan di bawah ini hanyalah sebuah petikan kecil dari buku
berjudul “Rindu Rasul" yang ditulis oleh bpk Jalaludin Rahmat (semoga
beliau mendapat berkah atas tulisannya, amin). Sebagian sari dari buku itu cukup
membuat hati saya terenyuh.
Rasulullah r bersabda: “Ada
3 hal yang bila semuanya ada pada diri seseorang, ia akan merasakan manisnya
iman: pertama, Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari apapun selain keduanya;
kedua, ia mencintai orang semata-mata karena Allah; dan ketiga, ia benci untuk
kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya seperti ia benci untuk
dilemparkan kedalam api neraka." (Shahih al-Bukhari)
Adapun bagi para pencinta Rasulullah saw, Allah akan
menganugerahkan:
1. Digabungkan bersamanya
Secara ruhaniyah di dunia dan secara hakiki di akhirat. Prinsipnya
sama seperti bila kita mencintai sesuatu, yaitu: akan ada pembenaran atas apa
yang diajarkan oleh yang kita cintai, perilaku, pikiran, perasaan dan tindakan
juga sangat dipengaruhi oleh siapa yang kita cintai.
"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu:
Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya"(Q.S: An-Nisa 69)
2. Kelezatan iman
Lezatnya iman mungkin bisa digambarkan dari kisah sebagai berikut.
Terkisah segera setelah Rasulullah r wafat, Bilal tidak mau lagi menyampaikan azan. Beberapa hari
angkasa Madinah tidak mendengar suara Bilal. Atas desakan Fatimah, putri Nabi
saw, Bilal mengumandangkan azan Subuh. Seluruh Madinah terguncang. Bilal
mulai dengan Allahu Akbar, lalu kalimah syahadat yang pertama. Begitu ia ingin
menyebutkan kalimat syahadat kedua, suaranya tersekat dalam tenggorokan. Ia
berhenti pada "Muhammad" dan setelah itu tangisannya meledak, diikuti
oleh tangisan Fatimah dan seluruh penduduk Madinah al-Munawarrah. Ikrar iman
dalam ucapan syahadat membuat rasa rindu semakin terasa lezat.
3. Kecintaan Allah swt
Karena Nabi r adalah mahluk yang paling dicintai Allah Ta’ala. Siapapun yang
mencintai Nabi, menyayangi, merindui kekasih Allah, tentu akan mendapat pula
kecintaan dari Allah swt.
4. Balasan cinta Rasulullah saw
Tidak ada pencinta Nabi saw yang bertepuk sebelah tangan. Dalam
riwayat yang telah diceritakan sebelumnya, betapa Rasulullah r merindukan pertemuan dengan umat yang mencintainya.
Terkisah pula pada detik-detik Nabi menjelang wafat, sahabat Ali t mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii,
ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku?" Betapa
cintanya beliau pada umatnya. Akankah kita membalas cintanya dengan menyebut
nama beliau disisi Allah Ta’ala menjelang ajal kita ?
5. Mendapatkan syafaat (pembelaan)-nya yang agung.
Yaitu bantuan Nabi r dengan izin Allah untuk meringankan dan bahkan menghapuskan hukuman
bagi para pendosa, bukannya tidak mungkin seseorang bisa masuk surga tanpa
dihisab bila pembelaan Rasulullah saw diterima oleh sang Khalik.
Mungkin kita masih ingat akan kejadian-kejadian masa lalu ketika
tabloid Monitor menulis tentang orang di dunia yang paling dikagumi sementara
Nabi Muhammad saw ditulis di urutan ke-sebelas. Bukankah semestinya kita
menempatkannya di urutan pertama di hati kita? Apa yang bisa kita petik dari
kejadian ini? Masuk golongan mana kita? golongan yang menyalahkan media
tersebut? atau golongan yang justru menyalahkan diri sendiri telah melupakan
Nabi saw selama ini? Atau ketika Salman Rushdie mencemooh Nabi saw sebagai
sumber permainan dengan berlindung atas nama dunia seni kesastraan. Apa hati
kita terusik? apa kita merasa kalau Salman Rushdie sudah meludah aqidah kita?
Atau kita merasa bahwa hal itu biasa saja? Atau mungkin kita merasa biar saja
karena kita jauh dari tempat kejadian dan saat ini Nabi pun sudah tidak ada? Astaghfirullahal
'Adhim.
Semoga petikan ayat Al-Qur’an surat
Al-Anbiya 107 di awal tulisan ini bisa membuka hati kita semua, betapa
pentingnya kita mencintai dan bersuka cita atas Nabi saw.
Bila kita kaji lagi apa yang bisa kita peroleh jika kita menempatkan Nabi saw
pada urutan pertama di hati, maka kita akan mendapatkan "iman yang begitu
indah mempesona".
Walaupun Nabi saw sudah tiada, mungkin justru karena itulah kita perlu
bersyukur akan keberadaan kita sekarang dengan beriman kepadanya dan
menjalankan sunnah-sunnah yang telah beliau contohkan. Sebuah tantangan,
perjuangan berat, teramat berat, insya Allah kita termasuk insan yang dinanti
dan dijemput sendiri oleh baginda Nabi saw kelak di akhirat, insya Allah
keluarga kita akan dimohonkan syafaat oleh baginda Nabi saw, insya Allah kita
mendapat tempat spesial di mata Allah swt, tempat yang indah tanpa dihisab,
amin.
Sebagai sebuah renungan, mungkin kita sering mengucapkan dan mendengar arti
shalawat yang diperuntukkan bagi baginda Nabi saw dan keluarganya. Nah! kalau
kita termasuk orang yang beriman pada Rasulullah saw padahal kita sendiri tidak
pernah berjumpa beliau, bukankah kita telah menjadi saudara Nabiyallah r ?? Keluarga Rasulullah r juga ?? Saya pribadi
berfikir bukannya tak mungkin kalau ucapan shalawat itu juga mengandung makna
ucapan shalawat bagi kita-kita yang beriman padanya. Sebuah berita gembira bila
kita akhirnya bisa juga bersanding dengan nama Muhammad r, kekasih Allah Ta'ala.
Allahumma sholli wa baarik ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala aali wa shohbihi
wasallam. (Ucapkanlah sesering mungkin bila kita mendengar nama beliau
disebut)
Ya Allah yang Maha Besar, tanamkan aqidah iman sedalam-dalamnya pada
diriku untuk senantiasa mencintai-Mu dan Nabi Muhammad saw, lebih dari apapun
di alam semesta ini, amin ya rabbal ‘alamiin.